28 Februari 2025

Pulang

Oleh Bah Asmul (Tim Redaksi)

Seorang pemuda telah lama pergi dari rumah. Ia terseret arus dunia, mengejar ambisi, tenggelam dalam riuh rendah kehidupan hingga lupa bagaimana rasanya pulang. Namun, suatu malam, ia merasa kosong. Segala yang dikejar—harta, kesuksesan, sanjungan—ternyata tak menghadirkan ketenangan. Ada ruang hampa di hatinya, ada rindu yang tak tahu kepada apa. Dengan ragu, ia akhirnya melangkahkan kaki menuju rumah. Langkahnya berat, dadanya sesak oleh takut dan penyesalan. Ia berdiri di depan pintu, mengetuk perlahan. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka. Di hadapannya, berdiri sosok ayahnya—tanpa amarah, tanpa celaan. Hanya senyum penuh kasih, tangan yang terbuka lebar, dan pelukan yang seketika mencairkan segala resah.

Begitulah malam pertama Ramadan. Kita semua, dalam perjalanan hidup, mungkin pernah tersesat, pernah jauh dari-Nya, pernah lupa jalan pulang. Namun, ketika Ramadan tiba, Allah tidak menunggu kita mengetuk pintu. Ia sendiri yang membukanya lebar-lebar. Rasulullah SAW bersabda, “Jika datang bulan Ramadan, maka terbukalah pintu-pintu surga, terkunci pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu.” Ini bukan sekadar pergantian tanggal di kalender, bukan sekadar ritual tahunan. Ini adalah undangan istimewa. Undangan untuk kembali. Tanpa syarat, tanpa tuntutan, hanya kasih yang tak terbatas.

Bayangkan Ramadan seperti tanah kering yang akhirnya tersentuh hujan setelah kemarau panjang. Tanah itu mengisap air dengan rakus, merekah, lalu menumbuhkan tunas-tunas baru. Begitulah hati kita. Ramadan adalah hujan rahmat yang turun, menyuburkan jiwa, menghidupkan kembali nurani yang mungkin telah lama tertidur. Inilah saatnya menanam kebaikan, menyiraminya dengan doa, merawatnya dengan sujud yang khusyuk.

Lihatlah bagaimana Rasulullah dan para sahabat menghidupkan malam-malam Ramadan. Mereka tidak sekadar menjalankan ibadah, tetapi larut dalam dzikir, bersimpuh dalam doa, berharap penuh pada kasih-Nya. Malam pertama Ramadan bukan soal seberapa banyak ibadah yang kita lakukan, melainkan tentang keberanian mengambil langkah pertama. Seperti pemuda yang akhirnya mengetuk pintu rumahnya, malam ini adalah kesempatan bagi kita untuk kembali, untuk menemukan jalan pulang.

Karena Ramadan bukan sekadar bulan penuh pahala. Ia adalah rumah bagi hati yang lelah. Ia adalah panggilan pulang bagi jiwa yang rindu. Dan Allah, seperti ayah yang penuh kasih, selalu menyambut kita dengan tangan terbuka. Maka pulanglah. Sebelum hati semakin jauh, sebelum kita lupa bagaimana rasanya berada dalam dekapan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar