03 Maret 2025

Asah

Oleh Bah Asmul (Tim Redaksi)

Menulis adalah laku menghidupkan pikiran, merawat ingatan, dan menyalakan cahaya pemahaman. Setiap kata yang kita torehkan bukan sekadar rangkaian huruf, tetapi jejak keberadaan—denyut kehidupan yang abadi. Dalam setiap kalimat, kita membangun narasi yang merekam zaman, mencerminkan pemikiran, dan menjembatani pengalaman dengan pemahaman.

Menulis setiap hari bukan soal bakat semata, melainkan soal disiplin, keberanian, dan kejujuran dalam menangkap realitas. Tanpa latihan, pena akan tumpul, pikiran akan mandek, dan suara kita akan menghilang dalam riuh dunia yang terus bergerak. Menulis adalah upaya untuk tetap hadir—menyuarakan kegelisahan, membingkai pengalaman, dan menggali hikmah yang mungkin luput dari perhatian.

Di bulan Ramadan, saat malam-malam kita dipenuhi renungan dan siang hari diwarnai kesabaran, inilah momen terbaik untuk menajamkan pena dan melatih diri dalam keheningan. Seperti ibadah yang membutuhkan konsistensi, menulis pun harus menjadi bagian dari keseharian. Bukan sekadar untuk menghasilkan karya besar, tetapi untuk melatih kepekaan, merawat gagasan, dan mengabadikan hikmah yang berserak di sekitar kita.

Setiap hari di bulan Ramadan, ada kisah yang patut direkam—tentang perjuangan melawan diri sendiri, tentang keindahan kebersamaan, atau tentang suara hati yang kerap kita abaikan. Menulis bukan hanya tentang mengisi lembaran kertas, tetapi juga membangun jembatan antara pengalaman dan pemahaman. Ini adalah cara kita berdialog dengan diri sendiri, menemukan makna di balik setiap peristiwa, dan mewariskan pemikiran bagi mereka yang datang setelah kita.

Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa jejak di halaman kertas kita. Mulailah dari satu paragraf, satu refleksi, atau satu perasaan yang tak ingin dilupakan. Karena dari kebiasaan kecil inilah, kita akan menemukan suara yang lebih jernih, pemikiran yang lebih tajam, dan hati yang lebih lapang. Menulis bukan hanya tentang merangkai kata, tetapi tentang keberanian untuk hadir, memahami, dan meninggalkan sesuatu yang bermakna bagi dunia.

Maka, ambillah pena, dan biarkan Ramadan ini menjadi saksi—bahwa kita pernah ada, pernah berpikir, dan pernah berusaha memahami kehidupan dengan lebih dalam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar