Oleh Bah Asmul (Tim redaksi)
Menulis itu spt kehidupan—sebuah perjalanan panjang yg indah, penuh tantangan, dan sarat makna. Spt matahari yg tak pernah absen menyapa pagi, kita pun hrs tetap menggerakkan jemari, merangkai kata, dan menabur inspirasi. Ada hari² di mana semangat berkobar, ide mengalir deras spt sungai di musim hujan. Namun, ada pula saat di mana jari-jemari terasa berat, seolah kehilangan arah. Tetapi ingatlah, menulis adalah latihan keabadian, sebuah jejak yg akan selalu menghidupkan pikiran dan perasaan kita di masa depan.Kita bisa belajar dari para penulis besar yg memulai segalanya dari nol. Rainer Maria Rilke menulis dg cinta yg tak kenal lelah, Ernest Hemingway melatih ketajaman kata setiap hari, dan Haruki Murakami menyamakan menulis dg lari maraton—kesuksesan bukan ttg kecepatan, tetapi ketahanan utk terus melangkah. Mereka tak menunggu inspirasi datang, tetapi menciptakan ruang bagi kreativitas dg kesabaran & disiplin. Menulis satu hari satu tulisan bukan cuma ttg rutinitas, tetapi perjalanan menuju kejernihan berpikir, kedalaman rasa, dan ketajaman analisis.
Maka, mari kembali menghidupkan kata, menggerakkan jari-jemari, dan merangkai cerita. Setiap tulisan adalah anak tangga menuju impian, setiap paragraf adalah denyut kehidupan. Menulislah dg cinta, dg spirit, dg keyakinan bahwa setiap kata yg kita lahirkan hari ini akan menjadi cahaya bagi esok. Satu hari, satu tulisan—karena menulis adalah napas, dan kita adalah mereka yg memilih untuk terus bergerak.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar