Oleh Seha (Tim redaksi)
CIBIRU - "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah: 153)Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesabaran bukan sekadar menahan diri dari amarah atau keluhan, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang mempertemukan kita dengan pertolongan Allah. Sabar adalah keteguhan hati, keikhlasan dalam menerima takdir, serta keyakinan bahwa setiap ujian membawa hikmah yang belum tentu langsung terlihat.
Menurut Kang Aang, kesabaran adalah fondasi yang harus dimiliki setiap Muslim dalam menghadapi dinamika kehidupan. Sabar terhadap ketetapan Allah berarti menerima segala cobaan dengan lapang dada, tanpa kehilangan harapan. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan adalah bentuk keteguhan iman di tengah godaan dunia yang begitu menggoda. Sementara sabar dalam menjalankan ketaatan mengajarkan kita untuk beristiqamah dalam ibadah dan amal baik, meski penuh tantangan dan rintangan.
Kesabaran sejati, menurut Kang Aang, bukanlah diam dalam pasrah, tetapi kesabaran yang disertai dengan doa dan ikhtiar. Kisah Nabi Yusuf menjadi teladan—kesabarannya dalam menahan diri dari maksiat, menerima ketetapan Allah dengan keikhlasan, serta tetap teguh dalam ketaatan, akhirnya mengantarkannya pada kemuliaan yang tidak disangka-sangka.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang berusaha menjaga diri maka Allah menjaganya, barang siapa yang berusaha merasa cukup maka Allah mencukupinya. Barang siapa yang berusaha bersabar maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar, dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Bukhari No. 1469)
Kesabaran memang pahit di awal, namun buahnya manis di akhir. Ia adalah kunci keberuntungan dan kedekatan dengan Allah. Dengan kesabaran, seseorang tidak hanya mendapatkan ketenangan jiwa, tetapi juga balasan yang jauh lebih baik, di dunia maupun di akhirat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar