13 Maret 2025

Ilmu

Oleh Gina (Tim redaksi)

Cipadung - Ramadan malam ke-11, 11 Maret 2025. Majelis Baru, sebutan untuk aula utama Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Al-Islamy (PPMU), dipenuhi cahaya lampu temaram, yang menciptakan suasana yang tenang dan penuh makna. Para mahasantri duduk bersila, kitab terbuka di hadapan mereka, menunggu wejangan dari Ustadz Ahmad Nurun. Malam itu, ia membahas kitab Minhajul Muta'allim, mengulas betapa ilmu adalah warisan paling berharga dari para nabi.

Dengan suara yang mantap, Ustadz Memed, panggilan akrab Ahmad Nurun membuka pengajian, "Ilmu harus lebih diutamakan dibandingkan harta. Ilmu akan menjaga pemiliknya, sementara harta sebaliknya—pemiliknya yang harus repot menjaganya." Para mahasantri menyimak dengan saksama. Mereka paham, inilah ajaran yang lebih dari sekadar teori. Ini adalah pesan yang harus mereka resapi dan jalani.

Ia melanjutkan dengan perumpamaan yang menggugah, "Harta itu warisan Firaun, sedangkan ilmu adalah warisan para nabi." Kata-kata itu menggema di benak para santri. Dunia memang seringkali menggoda manusia dengan kilau kekayaan, tetapi ilmu? Ilmu adalah cahaya yang membimbing kehidupan, bukan sekadar aset yang bisa habis dalam sekejap.

"Sesungguhnya harta bisa diberikan bahkan kepada mereka yang tidak mencintainya, tetapi ilmu hanya diberikan kepada orang yang mencintainya," tegas Ustadz Ahmad. Ini bukan sekadar kutipan, melainkan peringatan bahwa menuntut ilmu butuh kecintaan, ketekunan, dan kesungguhan.

Islam menempatkan pencarian ilmu sebagai ibadah yang sangat dianjurkan. Ustadz Ahmad berbagi amalan sederhana, "Lakukan salat hajat, lalu baca ‘Ya Fattah, Ya ‘Alim.’ Mohonlah kepada Allah agar dibukakan pintu ilmu." Sebuah nasihat sederhana, tapi dalam maknanya. Ilmu bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga keberkahan.

Keistimewaan ilmu terletak pada kebermanfaatannya yang abadi. Seorang alim dapat tetap memengaruhi dunia, bahkan setelah ia tiada. Pemikirannya, ajarannya, dan kebaikan yang ia tebarkan akan terus hidup di tengah masyarakat. "Orang yang berilmu, meskipun raganya telah tiada, ilmunya tetap hadir," kata Ustadz Ahmad.

Malam itu, pengajian menjadi momentum refleksi bagi para mahasantri. Banyak yang merasa semakin termotivasi untuk menuntut ilmu dengan kesungguhan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Ustadz Ahmad juga mengingatkan bahwa ilmu tanpa akhlak hanya akan melahirkan kesombongan. “Ilmu yang disertai kebijaksanaan akan membawa kemuliaan. Jadilah pribadi yang rendah hati dan selalu siap berbagi ilmu dengan sesama.”

Suasana semakin khidmat saat pengajian ditutup dengan doa bersama. Para mahasantri berdoa agar ilmu yang mereka pelajari membawa keberkahan dalam hidup mereka. Dengan semangat baru, mereka kembali ke kamar masing-masing, membawa tekad untuk menjadi insan yang lebih berilmu dan bermanfaat bagi umat. Malam itu, mereka tidak hanya menghadiri pengajian, tetapi juga menerima pengingat berharga: ilmu adalah cahaya yang akan terus menerangi kehidupan, bahkan setelah pemiliknya tiada.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar