06 Maret 2025

Hati

Oleh Nurul Hasanah (Tim Redaksi)

Cipadung - Bulan Ramadan bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga. Ia adalah perjalanan sunyi menuju pengendalian diri, ujian kesabaran, serta kesempatan untuk membersihkan hati dari segala noda. Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci ini dengan harapan menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Namun, di balik keberkahan yang melimpah, ada jebakan yang kerap membuat banyak orang merugi tanpa disadari. Sebab, sejatinya, puasa bukan hanya tentang tidak makan dan minum dari fajar hingga magrib. Ia juga tentang menjaga lisan dari perkataan sia-sia, menahan amarah, serta membersihkan hati dari prasangka buruk.

Di sela shalat tarawih berjamaah hari ke-6, Rabu (5/3/25) malam, Kang Dudung yang bertindak sebagai penceramah, menyampaikan tentang pentingnya menjaga kualitas ibadah puasa melalui perilaku dan ucapan sehari-hari. Beliau menyampaikan paling tidak, ada lima hal yang dapat menyebabkan hilangnya pahala puasa seseorang di bulan Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ

Artinya: “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu” (HR Ad-Dailami).

Pada bagian lain, Kang Dudung yang dikenal bijak dan bersahaja, menegaskan bahwa godaan terbesar di era digital saat ini bukan lagi makanan atau minuman, melainkan lisan dan jari. Gosip bertebaran di media sosial, berita hoaks menyebar tanpa saring, dan fitnah kerap terlontar tanpa pikir panjang. "Jangan sampai puasa kita sia-sia hanya karena lidah dan jemari kita tidak terjaga," katanya di hadapan jamaah yang khusyuk menyimak.

Selain lisan, menjaga pandangan juga menjadi tantangan tersendiri. Di zaman serba terbuka ini, godaan bisa datang dari mana saja—dari layar ponsel, dari iklan di jalan, atau bahkan dari pertemuan sehari-hari. Kang Dudung mengingatkan agar setiap Muslim lebih berhati-hati dalam menjaga mata dan hati, agar puasa yang dijalani tetap suci dari hal-hal yang dapat mengurangi nilainya.

Poin terakhir yang ditekankan adalah kejujuran. Sumpah palsu, meskipun sering dianggap sepele, memiliki dampak besar terhadap nilai ibadah seseorang. "Menjadi saksi yang jujur dan berani berkata benar adalah bentuk ketakwaan yang sesungguhnya," ujar Kang Dudung.

Ceramah yang disampaikannya terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Jamaah yang hadir mendengarkan dengan penuh perhatian, sebagian tersenyum ketika Kang Dudung menyelipkan candaan ringan, sebagian lainnya mengangguk tanda setuju. Sebelum menutup ceramahnya, ia mengajak semua yang hadir untuk menjadikan Ramadan tahun ini sebagai momentum memperbaiki diri.

"Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa ada perubahan dalam diri kita. Tahan amarah, jaga hati dari prasangka buruk, dan biasakan berkata baik atau diam. Dengan begitu, puasa kita bukan sekadar ritual tahunan, tapi jalan menuju ketakwaan yang hakiki," pesannya.

Ramadan, sekali lagi, bukan hanya tentang menahan lapar. Ia adalah perjalanan batin. Sebuah kesempatan langka di mana setiap kata, langkah, dan niat bisa menjadi ladang pahala—asal dijalani dengan kesungguhan menjaga hati dan lisan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar