03 Maret 2025

Cahaya

Oleh Aang (Tim Redaksi)

Cipadung - Seperti lilin yang menyala dalam gelap, ilmu adalah cahaya yang menuntun langkah manusia. Di sebuah sudut malam yang syahdu, di antara desir angin yang menyelinap di celah-celah jendela pesantren, sekelompok santri duduk bersila, meresapi setiap butir hikmah yang mengalir dari kitab yang mereka kaji. Malam itu, tanggal 2 Maret 2025, mereka tidak sekadar belajar, tetapi menyelami makna kehidupan dalam kajian kitab Adab Kasab wa Al-Ma’asy di Pesantren PPMU, Cibiru, Jawa Barat.

Lampu-lampu temaram di ruang kajian bagaikan bintang yang bertaburan di langit malam, memberi kehangatan bagi jiwa-jiwa yang haus akan ilmu. Karpet merah terhampar rapi, menjadi saksi bagi perjalanan para pencari hikmah. Di hadapan mereka, Dr. KH. Tatang Astarudin yang biasa disapa Abi Tatang duduk dengan tenang, menyampaikan petuah-petuahnya dengan kelembutan yang penuh ketegasan.

"Setiap amal harus ada ilmunya," ucapnya, menembus keheningan malam, seperti air jernih yang mengalir ke celah-celah hati yang kering. Ia menjelaskan betapa pentingnya memahami muamalah, investasi, dan keadilan dalam mencari rezeki.

Dalam dunia yang bergerak cepat, banyak orang tergoda menempuh jalan pintas dalam mencari harta—menimbun barang, mempermainkan harga, bahkan terjebak dalam transaksi yang merugikan banyak orang. “Lebih baik mengerjakan yang riil-riil saja, walaupun kecil,” lanjutnya, mengingatkan bahwa rezeki yang halal, meski sedikit, lebih berkah daripada kekayaan yang diperoleh dengan cara yang merugikan.

Ramadhan: Cahaya dalam Keheningan

Ramadhan adalah bulan cahaya, bulan ketika ilmu bukan sekadar dibaca, tetapi direnungkan dalam-dalam. Dalam kajian ini, para santri bukan sekadar menyerap pengetahuan, tetapi juga mengasah hati mereka agar lebih peka terhadap kebenaran.

Sebagian dari mereka duduk dengan mata berbinar, menyimak dengan saksama, sementara beberapa yang lain terlihat menahan kantuk setelah seharian berpuasa. Namun, tak satu pun beranjak. Mereka tetap bertahan dalam lingkaran ilmu, karena mereka tahu bahwa setiap kata yang terucap malam itu adalah bekal yang akan mereka bawa seumur hidup.

"Ilmu itu cahaya," bisik seorang santri dalam hati. Ya, ilmu adalah cahaya yang akan membimbing mereka menghadapi dunia yang penuh gelombang ujian.

Pesan yang Tak Terlupakan

Menjelang akhir kajian, Abi Tatang menutup pertemuan dengan senyum yang teduh. Ia mengucapkan terima kasih dan mohon maaf, meninggalkan jejak kehangatan di hati para santri. Tapi yang paling membekas bukanlah kalimat perpisahan, melainkan pesan tentang keadilan dalam muamalah—tentang bagaimana setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa rezeki yang mereka cari membawa keberkahan, bukan sekadar keuntungan.

Malam pun semakin larut. Lentera yang menerangi ruangan perlahan meredup, tetapi cahaya di hati para santri justru semakin terang. Mereka melangkah keluar dengan langkah yang ringan, membawa seberkas cahaya yang akan mereka bawa ke mana pun mereka pergi. Sebab, ilmu bukan sekadar sesuatu yang dihafalkan, tetapi sesuatu yang menerangi jalan hidup.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar