Oleh Salman (Tim Redaksi)
Cipadung - Seperti embun yang menetes dari dedaunan di pagi buta, ilmu pun mengalir ke dalam jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran. Di Majelis Baru, sebutan aula Pondok Pesantren mahasiswa Universal Al-Islamy (PPMU), fajar bukan sekadar pergantian waktu, melainkan permulaan bagi penjelajahan ilmu yang menyentuh relung hati terdalam.
Suara Ketua Dewan Pengasuh PPMU yang bernama lengkap Dr. KH. Tatang Astarudi tersebut mengalun lembut namun berwibawa. Kata-katanya menembus dinding-dinding aula dan menyentuh hati yang mendengarkan. Seperti cahaya fajar yang membelah kegelapan, ilmu yang beliau sampaikan menerangi pemahaman para santri tentang fiqih muamalah, terutama muamalah maliyyah—tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam aspek ekonomi dan sosial.
"Agama adalah tentang hubungan, baik dengan Allah maupun dengan manusia," ujar beliau, dengan nada yang penuh makna. "Fiqih muamalah adalah bekal yang akan menuntun kita dalam setiap transaksi kehidupan."
Para santri menyimak dengan saksama, menyerap setiap kata seperti tanah kering yang merindukan hujan. Mereka memahami bahwa Islam bukan sekadar ritual ibadah, melainkan juga pedoman hidup yang membimbing setiap langkah, dari cara berdagang hingga cara bermuamalah dengan adil dan penuh etika.
Bagi Abi Tatang, fiqih bukan hanya hukum, tetapi juga nilai. "Kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab adalah pilar utama dalam muamalah," tegasnya. "Kita tidak hanya dituntut untuk beribadah kepada Allah, tetapi juga untuk menjaga harmoni dalam kehidupan sosial kita."
Dalam suasana yang penuh hikmah, sesi pengajian ini bukan hanya diisi dengan ceramah, tetapi juga diskusi. Para santri diajak untuk bertanya, berdialog, dan memahami bagaimana fiqih muamalah dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Mereka menyadari bahwa dalam setiap transaksi, ada nilai yang harus dijaga; dalam setiap interaksi, ada kejujuran yang harus ditegakkan.
Ketika fajar semakin terang, dan cahaya pagi mulai memenuhi aula, pengajian pun berakhir. Para santri meninggalkan ruangan dengan hati yang lebih tenang, pikiran yang lebih terbuka, dan tekad yang lebih kuat untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh.
Di tengah dunia yang semakin kompleks, mereka menyadari bahwa fiqih muamalah bukan hanya teori, melainkan pedoman yang akan membimbing mereka dalam setiap aspek kehidupan. Seperti fajar yang selalu kembali setiap hari, ilmu ini akan terus menerangi perjalanan mereka, mengantarkan mereka menuju kehidupan yang penuh keberkahan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar