10 Maret 2025

Refleksi

Oleh Novia (Tim redaksi)

Pada malam yang hangat, lantunan shalawat terdengar merdu dari pengeras suara Pondok Pesantren Universal Al-Islamy (PPMU). Lantunan sholawat penuh spirit ini mengawali ceramah sebelum shalat Tarawih malam kesepuluh Ramadan. Suasana dipenuhi kegembiraan dan antisipasi, terutama dengan kehadiran penceramah, Nurmalik Aziz.

"Apakah kalian sadar," Aziz memulai setelah melantunkan shalawat dengan penuh perasaan, "bahwa Allah telah memberikan kita bulan yang dihormati oleh seluruh umat manusia, bulan yang penuh berkah?" Jamaah serentak menjawab, "Ramadan." Memang, bulan ini menawarkan segalanya—mulai dari ampunan, berkah, hingga pahala yang berlipat ganda dan berbagai nikmat lainnya. "Celakalah bagi mereka yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam ibadah selama waktu suci ini," ungkapnya.

Satu kutipan khusus menarik perhatian hadirin: "Ketika Ramadan tiba, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup." Dalam bulan ini, bebas dari godaan yang biasa, kita diajak untuk menyebarkan kebaikan dan merajut berkah dalam hidup kita. Malam seolah bernyanyi dengan sukacita saat jamaah mendengarkan ceramah, setiap kata menginspirasi komitmen untuk perbaikan diri. Berdiri tegak di mimbar, dengan sorban tradisional, Aziz menutup ceramahnya dengan adaptasi menyentuh dari lagu yang familiar:

"Aku yang dulu bukanlah yang sekarang; dulu pacaran, sekarang baca Quran. Dulu gosip, sekarang hafalan. Ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan Ilahi. Mari raih kebahagiaan dengan memperbanyak amal kebaikan."

Dinyanyikan dengan melodi "Tegar—Ku yang dulu bukanlah yang sekarang," penutup yang tulus ini meninggalkan kesan mendalam, layaknya seorang penyair yang meninggalkan bait-bait untuk pendengar setianya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar